Rabu, 26 Juni 2013

PT Malindofood delight


PT Malindofood delight siap mengoperasikan pabrik makanan olahan, menurut eksekutif perusahaan. Malindo telah berinvestasi senilai Rp 100 miliar untuk memasuki bisnis makanan olahan dengan membangun pabrik makanan olahan berbahan dasar ayam seperti sosis dan nugget.
 Malindo merambah bisnis makanan olahan untuk diversifikasi usaha sehingga dapat meningkatkan penjualan serta laba perseroan. Pabrik baru perseroan dibangun di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik baru tersebut ditargetkan berkapasitas 9.000 ton makanan olahan seperti sosis dan nugget per tahun. Dana pembangunan pabrik itu diambil dari belanja modal perseroan, yang bersumber dari kas internal.

Malindo Feedmill membangun pabrik tersebut melalui anak usaha, yakni PT Malindo Food Delight. "Kami menargetkan adanya sinergi antara lini produksi hulu dan hilir dengan adanya pabrik baru tersebut," katanya.
Perusahaan menargetkan kontribusi dari pabrik baru tersebut dapat berjalan optimal pada 2013. Kontribusi pabrik pengolahan ayam diperkirakan di bawah 10% terhadap pendapatan konsolidasi perseroan pada tahun ini.
Manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia menyebutkan ekspansi ke bisnis makanan olahan akan mendorong kenaikan pendapatan perusahaan periode 2012-2015.
Pendapatan Malindo pada 2012 ditargetkan mencapai Rp 2,72 triliun, di 2013 meningkat menjadi Rp 3,07 triliun, pada 2014 meningkat lagi menjadi Rp 3,52 triliun, dan di 2015 mencapai Rp 3,57 triliun. Peningkatan pendapatan akan mendorong laba bersih Malindo tumbuh menjadi Rp 269,5 miliar di 2012, di 2013 meningkat menjadi Rp 359,28 miliar, naik lagi di 2014 menjadi Rp 447,44 miliar, dan di 2015 mencapai Rp 456,81 miliar.
Menurut Departemen Riset IFT, langkah manajemen membangun usaha baru ini akan menciptakan integrasi vertikal karena hal ini akan menghubungkan usaha perusahaan dari hulu ke hilir. Dengan adanya integrasi vertikal, profitabilitas perusahaan dapat lebih tinggi. Pada 2013, tahun di mana usaha baru ini mulai dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan induk usahanya selama full year (setahun penuh), Malindo menargetkan laba bersih sebesar Rp 359,28 miliar atau tumbuh 75,28% dari 2011.
Pertumbuhan ini jauh melampaui peningkatan pendapatannya mencapai Rp 3,07 triliun atau bertumbuh 16,7%, menunjukkan pertumbuhan laba perusahaan lebih ditopang oleh peningkatan profitabilitas. Malindo dapat menjual produk dengan harga yang lebih mahal karena adanya nilai tambah produk dibanding jika perusahaan hanya menjual produk setengah jadi seperti pakan ternak.
Core Competence
Menurut Departemen Riset IFT, langkah yang dijalankan perusahaan ini merupakan langkah yang tepat karena integrasi masih terkait dengan core competence atau kemampuan dasar perusahaan. Sebelumnya emiten lain seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga melakukan strategi yang sama. Kedua perusahaan memiliki usaha pembuatan pakan ternak, juga peternakan ayam, juga membuat perusahaan produk hilir berupa daging olahan. Produk daging olahan Japfa terkenal dengan merek So Good, sementara produk daging olahan Charoen Pokphand menggunakan merek Fiesta.
Peningkatan konsumsi sosis dan daging olahan tiap tahun terjadi karena sebagian masyarakat, khususnya kalangan menengah atas, lebih memilih makanan yang siap saji. "Konsumsi makanan siap saji karena masyarakat menengah ke atas memiliki tingkat kesibukan yang tinggi," ujar Haniwar kepada IFT.(*)